Sunday, November 22, 2015

((BANTU SHARE YA)) Kisah Nyata!! Anak Durhaka Belikan Daging Babi Untuk Ibu Berbuka Puasa !!!






Astagfirullahhala'zim Sungguh Tega prikalku Ank ini, demikian kejam sama yang mengandungnya sepanjang 9 bln., marikita memikirkan seenak di mana letak Otak seorng ini seperti ini. : (

Mari kita membaca mudah-mudahan jadi pelajaran untuk kita seluruhnya, Serta janganlah lupa bantu sebarkan mudah-mudahan bermnafaat untuk kita berbarengan!!

Cerita ini yaitu suatu cerita yang sungguh bisa jadi pelajaran untuk kita juga sebagai seseorang muslim yang perlu berbakti serta menghormati ke-2 orangtua kita, sewaktu seluruhnya sudah berlangsung yang bikin ke-2 orangtua kita kecewa bakal menyebabkan penyesalan di masa datang yg tidak bakal dapat hilang demikian saja, Cerita seseorang anak yang memberi daging babi pada ke-2 orang tuanya untuk berbuka puasa yaitu suatu peristiwa yang sangatlah menyentuh relung hati kita juga sebagai seseorang muslim, mengapa ada anak berkepribadian seperti itu, mudah-mudahan kita dijauhkan dari keturunan yang memiliki karakter akhlak tercela serta kita selalu diberikan keturunan yang sholeh sholehah yang bakal mengharumkan nama ke-2 orang tuanya nantinya, aamiin. Tersebut narasi tentang anak durhaka belikan daging babi untuk ibu berbuka puasa itu,

Seputar awal 90 an, seseorang pemuda 30 an menjerit-jerit seseorang diri di tempat tinggalnya setiap kali hingga saat maghrib terutamanya di bln. Ramadhan. dia meraung sehari-hari seperti orang yang terserang histeria, seorang membawa lelaki itu bersua dengan Ustadz tadi yang saat itu bertugas juga sebagai pensyarah UITM KELANTAN untuk diobati.

Pemuda itu lalu menceritakan satu momen menyayat hati.

Ceritanya satu tahun lebih saat sebelum itu dia tinggal dengan Ibunya. Dia seseorang yang nakal serta liar. Tak kerjakan sholat serta berpuasa.

Satu hari Ibunya meminta dia belikan lauk untuk berbuka puasa, lelaki itu tengah tidur. Dia tidak ingin pergi ke pasar. Berkali-kali diminta sang Ibu, dia terus tidak ingin pergi.

Sampai pada akhirnya dengan perasaan geram pada Si Ibu yang selalu memaksa, dia selalu ke pasar dengan hati yg tidak ikhlas, dibelinya daging untuk Ibunya memasak. Si Ibu senang, berselera dia berbuka puasa hari itu.

Pemuda itu berhenti bercerita pada Ustadz. Mendadak dia menangis lagi. Meraung seperti dirasuki syaitan. Dalam sedu tangisnya dia ajukan pertanyaan,

” Ustadz tau daging apa yang saya beli? ”, Ustadz menggeleng kepala sinyal dia tak tau.

” Daging apa? ” Bertanya Ustaz kembali.

” Saya beli daging babi Ustadz!, saya berdosa Ustadz “, jawab pemuda itu.

Ustaz ternganga tak berkata, ” Masya Allah ” Cuma itu saja yang dapat disibakkan.

Lelaki itu melanjutkan ceritanya, ” Pernah sehari dalam bln. Ramadhan saya belikan daging ular yang siap dipotong untuk Ibu saya sediakan lauk berbuka puasa “, ceritanya lagi
.
” Saya beritahu Ibu, saya belikan ekor lembu untuk Ibu buat sup. Maghrib itu Ibu berbuka dengan sup ular yang diduganya sup ekor lembu “, Ya Allah besarnya dosa Ustadz.

Dalam sedu tangisnya pemuda itu memberitahu Ustadz itu lagi. Ibunya selepas itu ditimpa sakit serta wafat dunia. Selepas wafat dunia pemuda itu sudah insaf serta bertaubat.

Namun setiap saat tibanya waktunya maghrib terlebih bln. Ramadhan, pemuda itu tidak bisa melupakan kejahatannya berikan Ibunya berbuka puasa dengan daging babi serta ular.

Dia tidak dapat menahan perasaan bersalahnya saat itu yang mengakibatkan dia bakal menangis sehari-hari kembali kenang dosa-dosa pada si Ibu yang telah tidak ada.

Seluruhnya jamaah yang ikuti tazkirah malam itu terhanyut sekali. Pikirkan pada zaman moderen ini ada anak yang mampu memperlakukan Ibunya sendiri seperti dikerjakan pemuda tadi.

Ustadz menggunakan tazkirah malam itu dengan mengingatkan Hadist Nabi bahwa malaikat berdo’a, laknat Allah ke atas mereka yang meremehkan ke-2 Ibu Bapaknya saat mereka sudah tua.

Dua orang Ibu Ayah bisa pelihara sepuluh orang anak sampai remaja. Namun sepuluh orang anak belum pasti bisa melindungi ke-2 orangtua saat mereka telah tua.

0 comments:

Post a Comment